3 Januari 2012

10 Kebangkrutan Terbesar di AS Selama Tahun 2011

Empat bulan terakhir di tahun 2011 mencatat rekor lonjakan kebangkrutan di Amerika Serikat. Yang terbesar dari proses perlindungan kebangkrutan di AS selama tahun 2011 adalah MF Global pada bulan Oktober.

Kebangkrutan juga meluas dari mulai sektor penerbangan, telekomunikasi, energi dan perbankan. Menurut Moody's dan Standard & Poor's, naiknya trend gagal bayar diperkirakan berlanjut pada tahun 2012 akibat ketidakpastian pertumbuhan ekonomi global, krisis utang Eropa dan ketatnya kondisi likuiditas.

Menurut laporan dari Standard & Poor's, akibat merosotnya permintaan, sektor seperti ritel, media dan entertainment serta minyak dan gas menjadi sektor yang paling rentan dalam kondisi ini.

Berikut 10 kebangkrutan paling besar di AS selama tahun 2011 yang dibuat berdasarkan data banktruptcydata.com, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (3/1/2012).(berdasarkan kurs Rp 9.379)

1. MF Global Holdings


Aset: US$ 40,54 miliar atau Rp 380.224.660.000.000

Karyawan: 2.850

Tanggal kebangkrutan: 31 Oktober

Perusahaan berusia lebih dari 200 tahun ini akhirnya mendaftarkan kebangkrutan dan menjadi kasus kebangkrutan korporasi terbesar di Wall Street setelah bangkrutnya Lehman Brothers pada September 2008. Malapetakan perusahaan pialang derivatif itu terjadi karena melakukan pertaruhan yang sangat berisiko pada surat utang Eropa.

MF Global yang dipimpin mantan eksekutif Goldman Sachs dan mantan senator dan Gubernur New Jersey, Jon Corzine diketahui meningkatkan eksposure pada surat utang pemerintah Eropa pada akhir 2010 dari US$ 1,5 miliar pada US$ 6,3 miliar. Namun meningkatnya masalah krisis Eropa telah menekan MF Global hingga titik berbahaya, sebelum kemudian Moody's memangkas peringkatnya ke satu notch di atas 'sampah'. 

2. AMR Corp


Aset: US$ 25,09 miliar atau Rp 235.319.110.000.000

Karyawan: 78.250

Tanggal kebangkrutan: 29 November

AMR merupakan induk dari maskapai penerbangan terbesar ketiga di AS, American Airlines. Maskapai berusia 80 tahun itu akhirnya mendaftarkan kebangkrutan akibat terus melonjaknya harga bahan bakar dan pesawat-pesawatnya yang sudah tua. Maskapai itu memiliki rata-rata penerbangan berusia 15 tahun, sehingga membuat American Airlines sebagai maskapai tertua dan paling tidak efisien dibandingkan rivalnya.

Biaya tenaga kerja juga mencatat beban finansial terbesar bagi perusahaan tersebut. Pada laporan keuangan tahun 2010, American Airlines memperkirakan biaya tenaga kerja yang sekitar US$ 600 juta per tahun lebih besar ketimbang rivalnya. Menurut Pension Benefit Guaranty Corp. rencana pensiun maskapai tersebut mencakup 130.000 pekerja dan pensiunan dengan dana sekitar US$ 10 miliar.

3. Dynegy Holdings


Aset: US$ 9,95 miliar atau Rp 93.321.050.000.000

Karyawan: 1.650

Tanggal kebangkrutan: 7 November

Dynegy Holdings, unit dari produsen energi Dynegy Inc. mendaftarkan kebangkrutan setelah menderita kemerosotan permintaan listrik secara menyeluruh sejak terjadinya krisis tahun 2008. Perusahaan berbasis di Houston itu juga menderita akibat rendahnya tarif listrik.

Penurunan harga gas yang sudah mencapai 45% dalam 2 tahun telah menciptakan harga listrik yang murah. Berbarengan dengan lingkungan ekonomi yang negatif, perusahaan tersebut akhirnya terbelit beban utang hingga US$ 6,2 miliar.

4. PMI Group


Aset: US$ 4,21 miliar atau Rp 39.485.590.000.000

Karyawan: 700

Tanggal kebangkrutan: 23 November

PMI Group merupakan perusahaan swasta mortgage insurer terbesar ketiga di AS. Sejak meletusnya gelembung sektor perumahan di tahun 2007, PMI Group harus membayar miliaran dolar kompensasi kepada para peminjam yang merupakan pembeli asuransinya.

Sebagai hasilnya, pada Agustus, unit operasional utama PMI, PMI Mortgage Insurance erbarengan dengan unit lainnya PMI Insurance diperintahkan untuk menghentikan penjualan dari kebijakan baru Departemen Asuransi Arizona karena pendanaannya turun tajam dari permintaan regulator negara bagian.

Dua bulan kemudian, PMI Mortgage Insurance, berbarengan dengan PMI Insurance, keduanya dibekukan oleh regulator asuransi Arizona karena kerugian gagal bayar hipotek perumahan dan mengeringnya keuangan perusahaan. Mereka juga diperintahkan membayar klaim 50%, dan sisanya dilunasi pada waktu yang belum diketahui.

5. NewPage Corp


Aset: US$ 3,51 miliar atau Rp 32.920.290.000.000

Karyawan: 6.000

Tanggal kebangkrutan: 7 September

NewPage, perusahaan pembuat kertas yang berbasis di Ohio dan dimiliki oleh Cerberus Capital ini mengoperasikan pabriknya di AS dan Kanada. Produksi kertasnya mencapai 3,5 juta ton per tahun yang digunakan untuk koran, majalah dan brosur.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, sirkulasi koran terus merosot akibat berkompetisi dengan media online dan adanya pengalihan iklan via brosur ikut mempengaruhi perusahaan tersebut. Ditambah lagi harga kayu, bahan kimia dan pulp yang semakin mahal sehingga menggerus pendapatan NewPage. Perusahaan itu melaporkan kerugian hingga US$ 229 juta untuk 6 bulan yang berakhir pada 30 Juni 2011. 

6. Integra Bank Corp


Aset: US$ 2,42 miliar atau Rp 22.697.180.000.000

Karyawan: 500

Tanggal kebangkrutan: 30 Juli

Perusahaan berbasis di Indiana itu mengoperasikan 52 pusat perbankan dan 100 ATM di Kentucky, Indiana dan Illinous sebelum akhirnya mendaftarkan kebangkrutan Chapter 7 pada Juli.

Bank dengan operasional bank komunitas yang cukup kuat ini harus berjuang menghadapi tingginya utang dan menderita sejumlah kerugian akibat eksposure pada sektor real estate komersial.

Sekitar setengah aktivitas pinjaman bank terkait properti komersial, segmen pasar yang sangat terpukul akibat resesi di AS. Turunnya harga properti komersial telah menggerus nilai dari kolateral yang dimiliki bank itu.

7. General Maritime Corp


Aset: US$ 41,78 miliar atau Rp 391.854.620.000.000

Karyawan: 1.137

Tanggal kebangkrutan: 17 November

General Maritime adalah pemiliki tanker minyak terbesar kedua di AS. Operator itu itu ikut menderita akibat turunnya permintaan minyak, rendahnya biaya dan terjadinya kelebihan suplai kapal.

Pada awal tahun 2010, General Maritime mengambil pinjaman yang cukup besar untuk membeli 7 tanker senilai US$ 620 juta karena industri transportasi mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Namun saat kapal-kapal dikirimkan, proses pemulihan memudar dan perusahaan terpaksa melakukan kebijakan pengetatan.

General Maritime mulai pemangkasan biaya dan mencari investor untuk membiayai utang yang ada. Perusahaan berhasil mendapatkan pinjaman US$ 200 juta, tapi tidak cukup untuk bertahan sehingga akhirnya mendaftarkan kebangkrutan.

Sejak itu, perusahaan investasi Oaktree Capital telah sepakat untuk menginvestasikan saham senilai US$ 175 juta. Sebuah grup yang dipimpin Nordea Bank Finland juga telah menawarkan pendanaan US$ 100 juta untuk proses reorganisasi.

8. Borders Group


Aset: US$ 43 miliar atau Rp 403.297.000.000.000

Karyawan: 19.500

Tanggal kebangkrutan: 16 Februari

Borders Group, merupakan peritel buku terbesar kedua di AS setelah Barnes & Noble. Perusahaan itu pada awal beroperasi pada pertengahan tahun 1990-an sempat disebut sebagai pembunuh toko-toko buku di kota kecil.

9. Terrestar Corp


Aset: US$ 1,38 miliar atau Rp 12.943.020.000.000

Karyawan: 104

Tanggal kebangkrutan: 16 Februari

Terrestar Corp, perusahaan operator jaringan satelit selular yang berbasis di Virginia mendaftarkan kebangkrutan pada Februari, beberapa bulan setelah unitnya TerreStar Networks dan 12 afiliasinya melakukan restrukturisasi serupa pada Oktober 2010. 

10. Lee Enterprises


Aset: US$ 1,15 miliar atau Rp 10.785.850.000.000

Karyawan: 6.200

Tanggal kebangkrutan: 12 Desember

Lee Enterprises merupakan penerbit koran di AS yang memiliki 40 harian di 23 negara bagian, termasuk St. Louis Post-Dispatch.





sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails